Sabtu, 18 Februari 2012

MEMAHAMI MURSYID & WALIYA MURSYIDA


Waliya Mursyida Alih Waris Ke-37
MEMAHAMI  MURSYID  DAN  WALIYA  MURSYIDA

Mursyid adalah NUR yang datang dari sisi Allah SWT. sesuai dengan ayat Al-quran :
Telah ku wahyukan kepadamu Ruh dari ketetapan-KU. Sebelumnya engkau tidak tahu Iman dan Kitab, tetapi Dia Ku jadikan NUR yang dengan itu KU tunjuki manusia-manusia pilihan KU (Qs : Asy-Syura, 52)

Mursyid bukanlah orang atau manusia, tetapi Mursyid (NUR) mengambil tempat di kalbu orang Mukmin (Waliyah Mursyida) sebagaimana dijelaskan “ Aku berkenan di kalbu orang Mukmin, Lemah Lembut dan Tenang “ (Hadits Qudsi)

Mursyid (Nur) sebagai alat penghantar seluruh amal ibadah kita kehadirat Allah SWT, seperti yang dijelaskan oleh Abu Daud “ jadikanlah dirimu (Rohanimu) beserta Allah, apabila engkau belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah, maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, Sesungguhnya Rohani orang itu yang menghantarkan engkau pada Allah “.

Waliya Mursyida adalah seorang Wali yang didalam Rohaninya mengandung unsur NUR ILLAHI, seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam pemahaman Syariat, Waliya Mursyida sangat sulit diterima, karena sebab mereka menyamakan dimensi Fisik dengan dimensi Tuhan yang maha gaib, padahal untuk mengetahui eksistensi Tuhan maka kita haruslah masuk dalam dimensi yang sama pula.

Satu-satunya dimensi yang sama dengan Allah yang kita miliki adalah Ruhani kita, karena dalam penciptaan manusia, Allah telah meniupkan Ruh-Nya pada manusia. Untuk itulah kita manusia yang secara jasmani dan Rohani yang kotor dan hina dina, tidak akan dapat mampu bertemu Tuhan yang Maha Suci, kecuali melalui suatu penghantar yang terpilih (Waliyah Mursyida). Waliyah Mursyida bukanlah tujuan, tetapi sebagai alat penghantar pada dimensi yang sama.

Bukanlah kita mengada-adakan Tuhan atau Syirik, tapi kita menggunakan metode yang benar, sebagaimana Rasulullah selalu memakai jibril dalam setiap berkomunikasi dengan Tuhan-Nya.

Jadi jelaslah bagi kita sekarang, tiap-tiap Ruh yang menggabungkan dirinya pada RUH SILSILAH (Waliya Mursyida yang Kamil lagi Mukammil yang Khalis Mukhlisin) akan memiliki Wabtaqhuu Ilaihil Wasillata Waliya Mursyida agar dapat bermunajat kepada ALLAH SWT.

METHODOLOGI BERMUNAJAT


METHODOLOGI BERMUNAJAT

Waliya Mursyida Alih Waris Ke-37
Rasulullah SAW, teladan paling paripurna ketika hendak menuju Allah SWT.  dalam Ista’ dan Mi’raj NYA Rasulullah SAW. Senantiasa dibimbing oleh malaikat Jibril As. Fungsi Jibril As, disini identik dengan MURSYID dimata kaum Sufi, hal yang sama ketika Nabiyullah Musa As, yang merasa sampai kepadaNYA, ternyata harus diuji melalui bimbingan Ruhani seorang Nabi Khidir As. Hubungan Musa dan Khidir adalah hubungan spiritual antara Murid dan Syeikh (Waliya Mursyida). Dalam soal-soal rasional (Fikih), Musa As. sangat hebat, tetapi beliau tak sehebat Khidir As. dalam soal batinnya.

Eksistensi dan fungsi Mursyid banyak ditolak oleh sebagaian ulama yang anti Tasawuf atau mereka yang memahami Tasawuf dengan cara-cara individual. Lalu mereka merasa mampu menembus jalan Ruhani yang penuh dengan rahasia menurut metode dan cara mereka sendiri, bahkan dengan mengandalkan pengetahuan yang selama ini mereka dapatkan dari ajaran Al-quran dan Sunnah.

Namun karena pemahaman terhadap kedua sumber ajaran tersebut terbatas, mereka mengklaim bahwa dunia Tasawuf bisa ditempuh tanpa bimbingan seorang Mursyid, pandangan demikian hanya layak secara teoritis belaka. Tetapi dalam praktek Thareqat Sufi hampir bisa dipastikan bahwa mereka hanya meraih KEGAGALAN spiritual, bukti-bukti historis kegagalan spiritual tersebut telah dibuktikan oleh para Ulama itu sendiri yang mencoba menempuh jalan Sufi tanpa menggunakan Bimbingan Mursyid.

Belajar Syariat saja jika tanpa seorang Guru bisa salah, apalagi belajar Hakikat. Karena itu suatu kesombongan besar manakala seseorang mengatakan, Hakikat Mursyid itu adalah dirinya sendiri. Firman Allah SWT :
Barang siapa mendapatkan kesesatan, maka ia tidak akan menemukan (dalam hidupnya) seorang Wali yang Mursyid ” (Al-quran)
Ayat tersebut memberikan kesaksian bahwa seorang dengan kehebatan ilmu agamanya tidak akan mampu menempuh jalan Sufi, kecuali atas bimbingan seorang Syeikh yang Mursyid.

Sebab dunia pengetahuan agama, seluas apapun hanyalah Dunia Ilmu saja, padahal semua Hakikatnya itu harus lahir dari AMALIYAH. Karena yang diserap ilmu adalah produk dari Amaliyah seorang Ulama yang telah dibukakan jalan Ma’rifat itu sendiri. Jalan Ma’rifat itu tidak bisa begitu saja ditempuh dengan mengandalkan pengetahuan akal Rasional, kecuali hanya akan meraih ilmu Yaqin belaka, sebelum sampai pada tahap Haqqul Yakin, alhasil mereka yang merasa sudah sampai kepada Allah SWT (Washul) tanpa bimbingan seorang Syeikh yang Mursyid, WashulNya bisa dikategorikan sebagai washul yang penuh dengan tipu daya.

Sebab dalam alam METAFISIKA sufisme, mereka yang menempuh jaln Sufi tanpa bimbingan Ruhani seorang Syeikh yang Mursyid tidak akan mampu membedakan mana Hawathif-hawathif yang datang dari Allah SWT, dari malaikat atau dari Syetan dan bahkan dari Jin.

Oleh sebab itu ada Kalam dari ulama Sufi yang sangat terkenal :
Barang siapa menempuh jalan Allah tanpa disertai seorang Guru (Waliyah Mursyida) maka gurunya adalah Syetan

Carilah seorang Guru yang Mursyid untuk menjadi pembimbingmu, dan janganlah kamu berguru pada seorang yang tidak membangkitkan dirimu untuk menuju kepada Allah dan tidak pula menunjukan wacananya kepadamu, jalan menuju Allah SWT.
  • Gurumu bukanlah orang yang anda mendengarkan darinya, tetapi Gurumu anda yang meraih Cahaya dariNYA
  • Gurumu bukanlah orang yang mengajak anda ke pintuNYA, tetapi Gurumulah orang yang menyingkap hijab antara diri mu dan diri NYA.
  • Gurumu bukanlah orang yang menghadapkan wacananya pada anda, tetapi gurumu adalah yang menggerakan isyarat Ruhani kepada anda.
  • Gurumu-lah yang mengeluarkan dirimu dari penjara hawa nafsumu dan memasukan dirimu kedalam keharibaanNYA
  • Gurumu-lah yang senantiasa menggosok cermin hatimu hingga cemerlanglah cahaya Tuhan mu, dialah yang membangkitkan dirimu hingga dirimu bangkit kepadaNYA.